
Kenyataan yang menyakitkan, istrHi, pembaca merdeka.com. Nama Saya Hakan, usia 30 tahun asal Gresik, Jawa Timur. Saya adalah seorang suami dari wanita cantik asal Lumajang, bernama Wenny yang usianya terpaut 2 tahun di bawah Saya.
Pernikahan kami saat ini memasuki tahun keempat. Namun ada yang membuat Saya akhirnya menulis dan mengirimkan ini ke merdeka.com pada kolom #CurhatCinta.
Awalnya pernikahan adalah salah satu yang sangat kami dambakan. Kami sebelumnya sudah berpacaran selama 3 tahun sebelum akhirnya berikrar suci di depan penghulu. Minggu-minggu awal pernikahan kami selalu penuh dengan canda tawa dan jarang sekali cek-cok. Sama seperti saat pacaran. Awalnya biasa saja. Hingga suatu ketika orang tua Saya bertanya, "Hakan, istrimu sudah 'isi'? Kapan ibu dikasih momongan?"
Sebenarnya ini adalah pertanyaan wajar. Saya pun menjawabnya dengan santai, "Nanti, Bu. Mungkin belum saatnya. Insya Allah dikasih, kok."
Ketika Saya menyampaikan pertanyaan Ibu Saya ke Wenny, ekspresinya datar-datar saja. Tidak ada raut wajah yang sedih, antusias, atau apapun. Dia hanya menjawab, "Oh, ya berdoa saja."
Ketika itu Saya tidak menggubrisnya. Sampai usia pernikahan kami memasuki bulan ke 6. Saya memperhatikan, dan saya baru sadar. Selama ini istri Saya, selalu sholat. Setiap hari. Tidak pernah menstruasi atau halangan. Sama sekali. Setelah memberanikan diri bertanya kepadanya, Wenny pun membuka rahasia yang ditutupinya selama ini.
"Kak (begitu dia memanggil Saya), maafin Wenny. Wenny tidak bermaksud membohongi Kakak. Tapi Wenny selamanya tidak akan bisa hamil. Tidak akan bisa menstruasi. Wenny tidak memiliki rahim. Sejak lahir. Maafin Wenny, Kak," ujarnya sambil menangis di malam itu.
Saya pun terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Saya anak tunggal. Orang tua Saya begitu mendambakan seorang cucu dan jelas itu hanya bisa dari Saya saja. Kini keinginan itu menimang bayi sudah pupus! Saya tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
Saya begitu mencintai istri Saya. Kisah cinta bertahun-tahun yang kami rajut bersama sudah hilang entah kemana saat itu. Saya ingin marah, Saya kecewa, Saya sakit hati. Tapi Saya tidak bisa memarahi istri Saya karena Saya begitu mencintainya. Saya bahkan tidak bisa menangis!
Kata orang, istri Saya mengidap sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH), yang mana seorang yang lahir tanpa rahim. Menurut informasi yang Saya baca, kondisi tersebut terjadi pada 1 di antara 45.000 wanita di seluruh dunia.
Ternyata, kakak dari istri Saya juga mengalami hal serupa. Lebih gilanya lagi, seluruh keluarganya tahu kondisi Wenny. Mereka semua tahu Wenny tidak memiliki rahim. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang memberi tahu Saya maupun keluarga Saya.
"Kak, maafin Wenny. Wenny cuma tidak ingin kehilangan Kakak. Kalau Kakak tahu kondisi Wenny, mungkin pernikahan kita tidak akan pernah terjadi. Wenny tahu Wenny egois, Wenny mohon Kakak terima kondisi Wenny sekarang," ujar Wenny saat itu yang membuat Saya semakin tidak bisa berpikir cerdas.
Sekarang, apa yang harus Saya katakan kepada orang tua Saya? Mereka begitu menginginkan seorang cucu dari Saya. Di samping itu, Saya tidak mungkin poligami hanya hanya dengan alasan ingin memiliki anak. Saya sangat mencintai istri Saya.
Di sini Saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan Istri dan keluarganya. Saya hanya ingin berbagi kisah yang membuat hidup Saya sangat tertekan. Dan Saya berdoa, semoga tidak ada di antara pembaca yang mengalamii kejadian seperti yang Saya alami. Terima kasih merdeka.com yang memberi saya ruang untuk mencurahkan segala uneg-uneg Saya. iku ternyata lahir tanpa rahim!'
No comments:
Post a Comment