
Sejumlah ahli dan pakar keamanan sistem komputer mengatakan Hillary Clinton ada kemungkinan telah dicurangi dalam pemilu presiden Amerika Serikat 8 November lalu. Mereka menyarankan Clinton mengajukan permohonan hitung ulang.
Menurut para ahli itu, mereka sudah mempunyai bukti bahwa perhitungan suara di tiga negara bagian, yakni Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, kemungkinan telah diretas sehingga perolehan suara Clinton kalah dari pesaingnya, Donald Trump.
Dikutip dari majalah New York Magazine, para ahli kini mendesak Clinton untuk meminta diadakan perhitungan independen di tiga negara bagian tadi, seperti dilansir koran the Daily Mail, Rabu (23/11). Di tiga negara itu para pemilih menyalurkan suaranya lewat dua cara, yaitu dengan kertas suara yang kemudian dihitung lewat alat pemindai dan satu lagi dengan mesin hitung suara yang secara elektronik langsung terdata di komputer.
Para ahli mengatakan suara Clinton di Wisconsin yang diperoleh dari data elektronik komputer lebih rendah tujuh persen ketimbang dari yang dihitung lewat kertas suara yang telah dipindai. Mereka menuturkan, temuan itu berarti mesin hitung suara yang terhubung ke komputer itu telah diretas karena hasil hitungan kertas suara tidak memungkinkan untuk diretas.
Menurut perhitungan para ahli, jika benar diretas maka Clinton bisa kehilangan 30 ribu suara di Wisconsin. Di negara bagian itu Clinton memang kalah dari Trump. Begitu pula yang terjadi di Michigan dan Pennsylvania. Jika di tiga negara bagian itu digelar penyelidikan independen dan Clinton ternyata menang maka seharusnya dia yang menjadi presiden AS terpilih, bukan Donald Trump.
Sejauh ini memang belum ada bukti langsung yang menyatakan perhitungan suara telah diretas dan tidak ada nama tersangka pelaku yang diajukan. Meski begitu, Rusia sempat dituduh oleh Partai Demokrat sebagai pihak yang meretas surat elektronik Konvensi Nasional Demokrat yang digelar sebelum pemilihan 8 November.
No comments:
Post a Comment